Pages

Assalamualaykum^-^

mari menebar kebaikan lewat tulisan. semoga bermanfaat^^

D-TAX 2011

Rabu, 15 Agustus 2012

HUNIAN TRADISIONAL NAN NYAMAN DAN MEMESONA DAMBAAN MASYARAKAT PALEMBANG

0 komentar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, hampir setiap provinsi di Indonesia memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Begitu pula yang dinamakan dengan rumah adat. Di Palembang ini pun, terdapat tiga rumah tradisional yang kita kenal sejak zaman dahulu, yaitu rumah rakit, rumah limas, dan rumah gudang. Rumah tradisional tersebut tentu mempunyai nilai-nilai tersendiri yang sangat berharga. Dan apabila kita pelajari lebih dalam, ternyata rumah bercorak tradisional tersebut lebih banyak mempunyai sisi positifnya dibandingkan dengan rumah modern zaman sekarang.
Tetapi lihatlah perubahan zaman sekarang ini, rumah tradisional tersebut pun kurang bisa dijaga dan dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Kebanyakkan masyarakat memandang bahwa rumah tradisional tersebut sudah kuno dan bukan hunian yang nyaman untuk ditempati. Dan  hampir rata-rata dari mereka lebih memilih membangun rumah yang lebih modern.
Karena masalah itulah saya menjadi sangat tertarik untuk mengangkat judul mengenai rumah tradisional yang perlu dilestarikan dalam karya tulis ini. Dan saya pun berharap semua masyarakat akan menyadari betapa pentingnya mempertahankan kebudayaan atau tradisi lama karena tradisi lama pun bisa jadi lebih baik dari pada kebudayaan asing atau yang modern sekarang ini.
1.2  Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah :
  1. Bagaimana ciri khas rumah tradisional Palembang?
  2. Apa keunggulan rumah tradisional dan bila ditinjau dari kelestarian lingkungan?
  3. Bagaimana cara melestarikan rumah tradisional?
 1.3  Tujuan Penulisan
  1. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai rumah adat Palembang
2.      Menginformasikan bahwa rumah adat lebih unggul daripada rumah modern.
3.      Menginformasikan mengenai cara-cara melestarikan rumah adat Palembang.

1.4  Manfaat Penulisan
  1. Dengan membaca karya tulis ini, pembaca diharapkan tertarik untuk memilih rumah tradisional  sebagai hunian mereka.
  2. Kebudayaan akan tetap terpelihara bila terus dilestarikan.
  3. Agar masyarakat mengetahui bahwa melestarikan kebudayaan juga berdampak baik bagi lingkungan.
 1.5  Metode Penulisan
Saya menggunakan metode studi pustaka dan melihat secara langsung rumah-rumah tradisional.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bagaimana ciri khas rumah tradisional Palembang?
            Rumah tradisional yang pernah dikenal oleh masyarakat Palembang ada tiga, yaitu :
1. Rumah Rakit
            Menurut sejarahnya, rumah tradisional Palembang yang pertama adalah rumah rakit. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu Palembang merupakan daerah yang banyak digenangi air, atau daerah rawa. Palembang memiliki banyak sungai dan induk sungai yaitu sungai musi. yang dimanfaatkan sebagai jalur transportasi antar sesama penduduk.
            Rumah Rakit merupakan tempat tinggal tetap (tidak berpindah-pindah) yang terapung. Rumah jenis ini terbuat dari kayu dan bambu dengan atap kajang (nipah), sirap dan belakangan ini menggunakan atap seng (bahan yang lebih ringan). Rumah Rakit dibangun di atas sebuah Rakit, baik yang terbuat dari rangkaian balok-balok kayu ataupun dari bambu-bambu. Pintu pada rumah rakit bisanya ada dua, satu menghadap ke sungai dan yang satunya lagi menghadap ke daratan. Jendelanya biasanya berada pada sisi kiri dan kanan dinding rumah rakit, tetapi ada juga yang berada di sisi kanan dan kiri pintu masuk rumah. Rumah Rakit bukan hanya hunian darurat. Sejumlah rumah Rakit merupakan warisan lintas generasi yang tahan dihuni puluhan tahun, meskipun bambu yang mendasari rakit dan tiang penambat perlu diganti secara periodik.
Agar bangunan rumah Rakit tidak berpindah-pindah tempat, keempat sudutnya dipasang tiang yang kokoh. Ada kalanya untuk memperkokoh posisi dari rumah Rakit, bangunan diikat dengan menggunakan tali besar yang terbuat dari rotan dan diikatkan pada sebuah tonggak kokoh yang ada di tebing sungai. Keberadaan tali tersebut sebagai antisipasi jika tonggak pada keempat pojok rumah rakit rusak atau lapuk.
Adapun untuk bagian rumah rakit, secara garis besar rumah Rakit dapat dibagi menjadi dua bagian saja, yaitu untuk tempat tidur dan untuk kegiatan sehari-hari. Pada bagian untuk kegiatan sehari-hari, biasanya juga digunakan sebagai tempat menerima tamu. Dapur jika berada dalam satu bangunan, biasanya berada di sisi luar  ruang tidur.
2. Rumah Limas
Menurut sejarahnya, setelah munculnya rumah rakit maka dikenal pula rumah limas. Diantara masyarakat palembang yang tinggal di rumah rakit, ada yang menjadi penguasa, atau orang yang dihormati. Penguasa tersebut membangun rumah di daerah daratan dan di tepi sungai.
Rumah Limas adalah rumah panggung yang lantainya berundak (kekijing) dan atapnya berbentuk Limas. Bagian depan rumah Limas, pada sisi kanan dan kirinya, terdapat dua buah tangga yang jumlah anak tangganya selalu berjumlah ganjil. Di sebelah tangga tersebut, terdapat sebuah tempayan atau gentong berisi air untuk mencuci kaki. Tangga-tangga tersebut langsung menuju pintu masuk rumah. Namun jika di rumah tersebut terdapat jogan, sejenis beranda, maka tangga tidak langsung menuju pintu rumah tetapi langsung ke jogan. Jogan berfungsi sebagai penghubung dengan pintu rumah dan sebagai tempat istirahat pada siang dan malam hari. Di samping itu, jogan dipergunakan untuk menyimpan peralatan, tempat upacara untuk anak-anak, dan sebagai tempat untuk menyaksikan jika di dalam rumah terdapat kegiatan, khususnya acara kesenian. 
Untuk sampai ke ruangan tengah, pada rumah Limas terdapat beberapa undakan (kekijing) yang pada sisi kanan dan kirinya terdapat sebuah jendela. Di antara kekijing tersebut terdapat beberapa penyekat seperti dinding yang dapat diangkat. Dinding pada kekijing yang dapat diangkat disebut kiyam. Khusus untuk kiyam yang selalu dibuka, kiyam yang digunakan berukuran kecil. Namun perlu diketahui bahwa, penyekat antara kekijing hanya terdapat pada kekijing pertama dan kekijing kedua. Tinggi lantai antar kekijing sekitar 30 cm sampai 40 cm. Pada hari-hari biasa, kekijing terakhir dipergunakan sebagai tempat tidur dan menyimpan barang-barang. Jika yang punya rumah mempunyai anak gadis yang sudah dewasa, maka kamar tersebut disebut kamar gadis. Jika anak tersebut kemudian menikah, maka kamar itu dijadikan kamar pengantin. Namun jika ada pelaksanaan upacara, maka kekijing mempunyai fungsi lain. Kekijing pertama dipergunakan oleh kaum kerabat dan para undangan yang muda-muda. Kekijing kedua ditempati oleh para undangan setengah baya. Sedangkan Kekijing ketiga dan keempat ditempati oleh para orang tua dan orang-orang yang dihormati.     
Bagian belakang dari rumah Limas adalah dapur yang lantainya lebih rendah dari lantai rumah sekitar 30 cm sampai 40 cm. Namun ada juga dapur yang dibuat terpisah dari bangunan rumah. Jika dapur merupakan bangunan tersendiri, maka untuk masuk ke dapur harus menggunakan tangga. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat mempersiapkan dan menyimpan bahan-bahan untuk memasak.  Di dapur terdapat tungku dari batu-batu yang diletakkan di atas lantai yang diberi lapisan tanah setebal 15 cm sampai 20 cm, alat-alat memasak, tempat mencuci peralatan yang kotor, dan sebagainya.
3. Rumah Gudang
Seiring dengan berkembangnya zaman di Palembang, maka timbul suatu paham yang menentang konsep makro-mikro kosmos (perbedaan kedudukkan). Karena itulah masyarakat menyiptakan rumah panggung tanpa kekijing. Bentuk rumah pun lebih ditentukan menurut keinginan masing-masing sehingga rumah gudang ini lebih diminati karena tidak terlalu sulit untuk membangunnya.

2.2  Apa keunggulan rumah tradisional dan bila ditinjau dari kelestarian lingkungan?
Rumah bercorak tradisional ternyata mempunyai keunggulan yang sangat luar biasa jika dibandingkan rumah modern sekarang yang biasanya terbuat dari beton. Iklim tropis di Palembang ini sangat cocok bagi kita menghuni rumah berlantaikan kayu, dimana saat dingin, kayu menghangatkan suasana, dan saat panas, kayu pun menyejukkan. Begitu juga dengan rumah rakit, kebanyakkan orang sekarang menganggap bahwa rumah rakit hanya menyebabkan adanya lingkungan kumuh. Tentunya hal tersebut tidak benar, ini terjadi hanya karena masyarakat yang tidak bisa memanfaatkannya sebaik mungkin. Rumah rakit bila dimanfaatkan dengan baik tentu merupakan hunian yang sangat nyaman dan diidamkan oleh masyarakat. Bahkan juga bisa dijadikan penopang perekonomian pemerintah karena bisa dimanfaatkan sebagai komoditi wisata. Coba bayangkan apabila sungai dijaga kebersihan dan keindahannya serta adanya rumah rakit yang berdiri diatas sungai tersebut. Tentu masyarakat akan sangat nyaman dan sangat menikmati keindahan sungai melalui rumah rakit tersebut.
Dan masih ada satu hal lagi yang merupakan keunggulan dari rumah bercorak tradisional ini. Selain rumah yang sejuk dan sangat nyaman dihuni, ternyata rumah ini bisa membantu untuk menyelamatkan kelestarian lingkungan kita. Seperti yang kita lihat sekarang, banyak rumah modern mewah yang biasanya menggunakan AC. Dan seperti yang kita tahu, AC juga merupakan salah satu alat elektronik yang menyumbangkan gas CFC ke udara. Gas ini meningkatkan kadar penipisan ozon.
Dalam kurun waktu 5 tahun, CFC bergerak naik secara perlahan ke dalam stratosfer (10 km – 50 km), molekul CFC terurai setelah bercampur dengan sinar UV (ultraviolet) yang kemudian membebaskan atom klorin. Atom klorin tersebut dapat menyebabkan lubang ozon. Ozon merupakan lapisan pelindung bumi yang sangat penting karena fungsinya adalah untuk menyerap radiasi sinar ultraviolet berbahaya dari matahari dan juga mengurangi kadar panas matahari yang sampai ke bumi.
Dari definisi ozon di atas, maka kita pantas khawatir dengan berlubangnya lapisan ozon. Menurut para ilmuwan, menipisnya lapisan ozon akan menyebabkan kerusakan ekosistem di darat dan ekosistem laut. Selain itu, panas matahari yang masuk juga akan semakin besar sehingga suhu bumi pun semakin besar dan dikhawatirkan es di kutub akan mencair. Mencairnya es ini akan menaikkan permukaan air laut dan menyebabkan pergerakan air laut semakin tak teratur karena perbedaan suhu. Selain berbagai penyakit yang akan ditimbulkan, badai dan topan serta banjir juga akan melanda di semua belahan bumi. Begitu besarnya dampak gas ini bagi kehidupan, kita pun sebagai penghuni bumi ini wajib berperan dalam menyelamatkan lingkungan.
Berdasarkan penelitian, satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Satu molekul saja masa hidupnya untuk menghancurkan ozon sangat panjang, apalagi jutaan molekul. Karena itu sekecil apapun usaha yang kita lakukan juga sangat bermanfaat bagi lingkungan. Salah satunya ialah dengan mengurangi pemakaian alat elektronik yang mengeluarkan gas CFC. Dan seperti yang kita ketahui, rumah tradisional yang dilengkapi dengan jendela-jendelanya yang terbuka di setiap ruangan membuat kita merasakan kesejukkan tanpa harus menggunakan AC yang bisa menyebabkan kehancuran bumi kita.
2.3  Bagaimana cara melestarikan rumah tradisional?
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rumah tradisional merupakan warisan kebudayaan yang perlu dilestarikan. Karena semaju-majunya suatu Negara, kebudayaan tetap merupakan suatu hal penting yang harus dipertahankan.
Ada beberapa cara untuk melestarikan rumah tradisional atau rumah adat yang kita miliki, yaitu :
1. Disosialisasikan kepada masyarakat
      Dengan berbeda-bedanya persepsi masyarakat mengenai rumah tradisional, maka sosialisasi mengenai kebudayaan rumah adat ini sangat diperlukan. Misalnya dengan dibukanya kunjungan-kunjungan ke rumah tradisional palembang yang masih ada sekarang dengan diberikannya penyuluhan akan sisi positifnya rumah adat tersebut dan betapa pentingnya bagi kita untuk melestarikan kebudayaan yang sudah lama kita miliki dengan bisa memanfaatkannya dengan baik, saya rasa bisa menarik perhatian masyarakat.
2. Melestarikan rumah adat sekaligus melestarikan alam
Sesungguhnya masyarakat juga bisa melestarikan rumah adat sambil melestarikan lingkungan. Misalnya untuk daerah di pinggir sungai, masyarakat tidak mungkin bisa nyaman tinggal di daerah tersebut apabila lingkungan sungainya kotor. Karena itu masyarakat pun harus turut menjaga kebersihan lingkungan sungai agar bisa merasakan kenyamanan tinggal disana, bukan dengan mengotori lingkungan sungai tersebut.
Masyarakat yang mau melestarikan rumah tradisional tentu harus mencari cara untuk bisa mempertahankan keberadaannya, salah satunya juga dengan mempertahankan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan rumah adat tersebut. Sekarang ini keberadaan kayu-kayu berkualitas tinggi yang diperlukan sudah semakin menipis. Salah satu faktor penyebabnya juga dikarenakan pemanfaatan hutan yang tidak dilaksanakan dengan baik. Sering terjadinya kebakaran hutan yang disengaja maupun tidak disengaja, dan penebangan pohon secara liar. Hal tersebut juga sangat merusak lingkungan. Maka, adapun cara untuk membantu menjaga kelestarian hutan yaitu dengan menjaga hutan dari penebang liar, mengubah lahan perkebunan menjadi hutan setiap 5 tahun sekali, dan melakukan reboisasi, yaitu melakukan penanaman pohon kembali sesuai dengan pohon yang ditebang.
Apabila masyarakat selalu menerapkan hal seperti itu, maka dijamin alam atau pohon kayu tersebut tetap bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga kelestariannya.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
      Rumah tradisional atau rumah adat termasuk warisan budaya yang perlu dipertahankan. Walaupun sekarang sangat banyak rumah mewah yang lebih modern, tetapi belum tentu yang modern itu lebih baik dari suatu hal yang tradisional atau orang-orang sering menyebutnya kuno. Rumah tradisional ternyata bisa dianggap sebagai hunian yang sangat nyaman dan apabila dilestarikan atau dimanfaatkan dengan baik sungguh luar biasa akan banyak sisi positif yang bisa kita ambil. Karena hunian tradisional ini juga bisa membantu kita untuk melestarikan alam.
3.2 Saran
      Adapun saran yang ingin saya sampaikan lewat karya tulis ini adalah :
1.      Saya harap masyarakat khususnya di Kota Palembang bisa lebih memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yang dimiliki.
2.      Kepada masyarakat yang menghuni rumah tradisional khususnya di daerah pinggiran sungai  agar memperhatikan kondisi lingkungannya, demi keindahan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan.
3.      Kita semua harus melestarikan budaya dan tak lupa pula melestarikan lingkungan.
 
DAFTAR PUSTAKA

- http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1860
- www.palembang.go.id






















0 komentar:

Posting Komentar