BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui, hampir setiap provinsi di Indonesia
memiliki kebudayaan yang beraneka ragam. Begitu pula yang dinamakan dengan
rumah adat. Di Palembang ini pun, terdapat tiga rumah tradisional yang kita
kenal sejak zaman dahulu, yaitu rumah rakit, rumah limas, dan rumah gudang.
Rumah tradisional tersebut tentu mempunyai nilai-nilai tersendiri yang sangat
berharga. Dan apabila kita pelajari lebih dalam, ternyata rumah bercorak
tradisional tersebut lebih banyak mempunyai sisi positifnya dibandingkan dengan
rumah modern zaman sekarang.
Tetapi lihatlah perubahan zaman sekarang ini, rumah
tradisional tersebut pun kurang bisa dijaga dan dimanfaatkan dengan baik oleh
masyarakat. Kebanyakkan masyarakat memandang bahwa rumah tradisional tersebut
sudah kuno dan bukan hunian yang nyaman untuk ditempati. Dan hampir rata-rata dari mereka lebih memilih
membangun rumah yang lebih modern.
Karena masalah itulah saya menjadi sangat tertarik untuk
mengangkat judul mengenai rumah tradisional yang perlu dilestarikan dalam karya
tulis ini. Dan saya pun berharap semua masyarakat akan menyadari betapa
pentingnya mempertahankan kebudayaan atau tradisi lama karena tradisi lama pun
bisa jadi lebih baik dari pada kebudayaan asing atau yang modern sekarang ini.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam karya tulis
ini adalah :
- Bagaimana ciri khas rumah tradisional Palembang?
- Apa keunggulan rumah tradisional dan bila ditinjau dari kelestarian lingkungan?
- Bagaimana cara melestarikan rumah tradisional?
1.3
Tujuan Penulisan
- Memberikan informasi kepada pembaca mengenai rumah adat Palembang
2.
Menginformasikan bahwa rumah adat
lebih unggul daripada rumah modern.
3.
Menginformasikan mengenai
cara-cara melestarikan rumah adat Palembang.
1.4
Manfaat Penulisan
- Dengan membaca karya tulis ini, pembaca diharapkan tertarik untuk memilih rumah tradisional sebagai hunian mereka.
- Kebudayaan akan tetap terpelihara bila terus dilestarikan.
- Agar masyarakat mengetahui bahwa melestarikan kebudayaan juga berdampak baik bagi lingkungan.
1.5
Metode Penulisan
Saya menggunakan metode studi pustaka dan melihat secara
langsung rumah-rumah tradisional.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Bagaimana ciri khas rumah tradisional Palembang?
Rumah tradisional
yang pernah dikenal oleh masyarakat Palembang
ada tiga, yaitu :
1. Rumah Rakit
Menurut sejarahnya,
rumah tradisional Palembang
yang pertama adalah rumah rakit. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu Palembang merupakan daerah
yang banyak digenangi air, atau daerah rawa. Palembang memiliki banyak sungai dan induk
sungai yaitu sungai musi. yang dimanfaatkan sebagai jalur transportasi antar
sesama penduduk.
Rumah
Rakit merupakan tempat tinggal tetap (tidak berpindah-pindah) yang terapung.
Rumah jenis ini terbuat dari kayu dan bambu dengan atap kajang (nipah),
sirap dan belakangan ini menggunakan atap seng (bahan yang lebih ringan). Rumah
Rakit dibangun di atas sebuah Rakit, baik yang terbuat dari rangkaian
balok-balok kayu ataupun dari bambu-bambu. Pintu pada rumah rakit bisanya ada
dua, satu menghadap ke sungai dan yang satunya lagi menghadap ke daratan.
Jendelanya biasanya berada pada sisi kiri dan kanan dinding rumah rakit, tetapi
ada juga yang berada di sisi kanan dan kiri pintu masuk rumah. Rumah Rakit
bukan hanya hunian darurat. Sejumlah rumah Rakit merupakan warisan lintas
generasi yang tahan dihuni puluhan tahun, meskipun bambu yang mendasari rakit
dan tiang penambat perlu diganti secara periodik.
Agar bangunan rumah Rakit tidak berpindah-pindah
tempat, keempat sudutnya dipasang tiang yang kokoh. Ada kalanya untuk
memperkokoh posisi dari rumah Rakit, bangunan diikat dengan menggunakan tali
besar yang terbuat dari rotan dan diikatkan pada sebuah tonggak kokoh yang ada
di tebing sungai. Keberadaan tali tersebut sebagai antisipasi jika tonggak pada
keempat pojok rumah rakit rusak atau lapuk.
Adapun
untuk bagian rumah rakit, secara garis besar rumah Rakit dapat dibagi menjadi
dua bagian saja, yaitu untuk tempat tidur dan untuk kegiatan sehari-hari. Pada bagian untuk kegiatan sehari-hari,
biasanya juga digunakan sebagai tempat menerima tamu. Dapur jika berada dalam
satu bangunan, biasanya berada di sisi luar ruang tidur.
2. Rumah Limas
Menurut sejarahnya, setelah munculnya rumah rakit
maka dikenal pula rumah limas. Diantara masyarakat palembang yang tinggal di
rumah rakit, ada yang menjadi penguasa, atau orang yang dihormati. Penguasa
tersebut membangun rumah di daerah daratan dan di tepi sungai.
Rumah
Limas adalah rumah panggung yang lantainya berundak (kekijing) dan atapnya berbentuk Limas. Bagian depan rumah Limas,
pada sisi kanan dan kirinya, terdapat dua buah tangga yang jumlah anak
tangganya selalu berjumlah ganjil. Di sebelah tangga tersebut, terdapat sebuah
tempayan atau gentong berisi air untuk mencuci kaki. Tangga-tangga tersebut
langsung menuju pintu masuk rumah. Namun jika di rumah tersebut terdapat jogan, sejenis beranda, maka tangga
tidak langsung menuju pintu rumah tetapi langsung ke jogan. Jogan
berfungsi sebagai penghubung dengan pintu rumah dan sebagai tempat istirahat
pada siang dan malam hari. Di samping itu, jogan dipergunakan untuk menyimpan
peralatan, tempat upacara untuk anak-anak, dan sebagai tempat untuk menyaksikan
jika di dalam rumah terdapat kegiatan, khususnya acara kesenian.
Untuk sampai ke ruangan tengah, pada rumah Limas
terdapat beberapa undakan (kekijing)
yang pada sisi kanan dan kirinya terdapat sebuah jendela. Di antara kekijing tersebut terdapat beberapa
penyekat seperti dinding yang dapat diangkat. Dinding pada kekijing yang dapat diangkat
disebut kiyam. Khusus
untuk kiyam yang selalu dibuka, kiyam yang digunakan
berukuran kecil. Namun perlu diketahui bahwa, penyekat antara kekijing hanya terdapat pada kekijing pertama dan kekijing kedua. Tinggi lantai antar kekijing sekitar 30 cm sampai 40 cm.
Pada hari-hari biasa, kekijing terakhir
dipergunakan sebagai tempat tidur dan menyimpan barang-barang. Jika yang punya
rumah mempunyai anak gadis yang sudah dewasa, maka kamar tersebut disebut kamar gadis. Jika anak
tersebut kemudian menikah, maka kamar itu dijadikan kamar pengantin. Namun jika
ada pelaksanaan upacara, maka kekijing
mempunyai fungsi lain. Kekijing
pertama dipergunakan oleh kaum kerabat dan para undangan yang muda-muda. Kekijing kedua ditempati oleh para
undangan setengah baya. Sedangkan Kekijing
ketiga dan keempat ditempati oleh para orang tua dan orang-orang yang
dihormati.
Bagian
belakang dari rumah Limas adalah dapur yang lantainya lebih rendah dari lantai
rumah sekitar 30 cm sampai 40 cm. Namun ada juga dapur yang dibuat terpisah
dari bangunan rumah. Jika dapur merupakan bangunan tersendiri, maka untuk masuk
ke dapur harus menggunakan tangga. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat
mempersiapkan dan menyimpan bahan-bahan untuk memasak. Di dapur terdapat
tungku dari batu-batu yang diletakkan di atas lantai yang diberi lapisan tanah
setebal 15 cm sampai 20 cm, alat-alat memasak, tempat mencuci peralatan yang
kotor, dan sebagainya.
3.
Rumah Gudang
Seiring
dengan berkembangnya zaman di Palembang,
maka timbul suatu paham yang menentang konsep makro-mikro kosmos (perbedaan
kedudukkan). Karena itulah masyarakat menyiptakan rumah panggung tanpa
kekijing. Bentuk rumah pun lebih ditentukan menurut keinginan masing-masing
sehingga rumah gudang ini lebih diminati karena tidak terlalu sulit untuk
membangunnya.
2.2
Apa keunggulan rumah
tradisional dan bila ditinjau dari kelestarian lingkungan?
Rumah
bercorak tradisional ternyata mempunyai keunggulan yang sangat luar biasa jika
dibandingkan rumah modern sekarang yang biasanya terbuat dari beton. Iklim
tropis di Palembang
ini sangat cocok bagi kita menghuni rumah berlantaikan kayu, dimana saat
dingin, kayu menghangatkan suasana, dan saat panas, kayu pun menyejukkan.
Begitu juga dengan rumah rakit, kebanyakkan orang sekarang menganggap bahwa
rumah rakit hanya menyebabkan adanya lingkungan kumuh. Tentunya hal tersebut
tidak benar, ini terjadi hanya karena masyarakat yang tidak bisa
memanfaatkannya sebaik mungkin. Rumah rakit bila dimanfaatkan dengan baik tentu
merupakan hunian yang sangat nyaman dan diidamkan oleh masyarakat. Bahkan juga
bisa dijadikan penopang perekonomian pemerintah karena bisa dimanfaatkan
sebagai komoditi wisata. Coba bayangkan apabila sungai dijaga kebersihan dan
keindahannya serta adanya rumah rakit yang berdiri diatas sungai tersebut.
Tentu masyarakat akan sangat nyaman dan sangat menikmati keindahan sungai
melalui rumah rakit tersebut.
Dan
masih ada satu hal lagi yang merupakan keunggulan dari rumah bercorak
tradisional ini. Selain rumah yang sejuk dan sangat nyaman dihuni, ternyata
rumah ini bisa membantu untuk menyelamatkan kelestarian lingkungan kita.
Seperti yang kita lihat sekarang, banyak rumah modern mewah yang biasanya
menggunakan AC. Dan seperti yang kita tahu, AC juga merupakan salah satu alat
elektronik yang menyumbangkan gas CFC ke udara. Gas
ini meningkatkan kadar penipisan ozon.
Dalam kurun waktu 5 tahun, CFC bergerak naik secara
perlahan ke dalam stratosfer (10 km – 50 km), molekul CFC terurai setelah
bercampur dengan sinar UV (ultraviolet) yang kemudian membebaskan atom klorin.
Atom klorin tersebut dapat menyebabkan lubang ozon. Ozon
merupakan lapisan pelindung bumi yang sangat penting karena fungsinya adalah untuk menyerap radiasi
sinar ultraviolet berbahaya
dari matahari dan juga mengurangi kadar panas matahari yang sampai ke bumi.
Dari definisi ozon
di atas, maka kita pantas khawatir dengan berlubangnya lapisan ozon. Menurut
para ilmuwan, menipisnya lapisan ozon akan menyebabkan kerusakan ekosistem di
darat dan ekosistem
laut. Selain itu, panas matahari yang masuk juga akan semakin besar
sehingga suhu bumi pun semakin besar dan dikhawatirkan es di kutub akan
mencair. Mencairnya es ini akan
menaikkan permukaan air laut dan menyebabkan pergerakan air laut semakin tak
teratur karena perbedaan suhu. Selain berbagai penyakit yang akan ditimbulkan,
badai dan topan serta banjir juga akan melanda di semua belahan bumi. Begitu besarnya dampak gas ini bagi kehidupan, kita pun sebagai
penghuni bumi ini wajib berperan dalam menyelamatkan lingkungan.
Berdasarkan penelitian, satu buah molekul CFC memiliki masa hidup 50
hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Satu molekul saja masa
hidupnya untuk menghancurkan ozon sangat panjang, apalagi jutaan molekul.
Karena itu sekecil apapun usaha yang kita lakukan juga sangat bermanfaat bagi
lingkungan. Salah satunya ialah dengan mengurangi pemakaian alat elektronik
yang mengeluarkan gas CFC. Dan seperti yang kita ketahui, rumah tradisional
yang dilengkapi dengan jendela-jendelanya yang terbuka di setiap ruangan
membuat kita merasakan kesejukkan tanpa harus menggunakan AC yang bisa
menyebabkan kehancuran bumi kita.
2.3
Bagaimana cara melestarikan
rumah tradisional?
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rumah tradisional merupakan
warisan kebudayaan yang perlu dilestarikan. Karena semaju-majunya suatu Negara,
kebudayaan tetap merupakan suatu hal penting yang harus dipertahankan.
Ada beberapa cara untuk melestarikan rumah tradisional atau rumah adat
yang kita miliki, yaitu :
1. Disosialisasikan kepada masyarakat
Dengan berbeda-bedanya
persepsi masyarakat mengenai rumah tradisional, maka sosialisasi mengenai
kebudayaan rumah adat ini sangat diperlukan. Misalnya dengan dibukanya
kunjungan-kunjungan ke rumah tradisional palembang
yang masih ada sekarang dengan diberikannya penyuluhan akan sisi positifnya rumah
adat tersebut dan betapa pentingnya bagi kita untuk melestarikan kebudayaan
yang sudah lama kita miliki dengan bisa memanfaatkannya dengan baik, saya rasa
bisa menarik perhatian masyarakat.
2. Melestarikan rumah adat sekaligus melestarikan
alam
Sesungguhnya masyarakat juga bisa melestarikan rumah
adat sambil melestarikan lingkungan. Misalnya untuk daerah di pinggir sungai, masyarakat
tidak mungkin bisa nyaman tinggal di daerah tersebut apabila lingkungan
sungainya kotor. Karena itu masyarakat pun harus turut menjaga kebersihan
lingkungan sungai agar bisa merasakan kenyamanan tinggal disana, bukan dengan
mengotori lingkungan sungai tersebut.
Masyarakat
yang mau melestarikan rumah tradisional tentu harus mencari cara untuk bisa
mempertahankan keberadaannya, salah satunya juga dengan mempertahankan
bahan-bahan yang diperlukan dalam pembangunan rumah adat tersebut. Sekarang ini
keberadaan kayu-kayu berkualitas tinggi yang diperlukan sudah semakin menipis.
Salah satu faktor penyebabnya juga dikarenakan pemanfaatan hutan yang tidak
dilaksanakan dengan baik. Sering terjadinya kebakaran hutan yang disengaja
maupun tidak disengaja, dan penebangan pohon secara liar. Hal tersebut juga
sangat merusak lingkungan. Maka, adapun cara untuk membantu menjaga kelestarian
hutan yaitu dengan menjaga hutan dari penebang liar, mengubah lahan perkebunan
menjadi hutan setiap 5 tahun sekali, dan melakukan reboisasi, yaitu melakukan
penanaman pohon kembali sesuai dengan pohon yang ditebang.
Apabila
masyarakat selalu menerapkan hal seperti itu, maka dijamin alam atau pohon kayu
tersebut tetap bisa dimanfaatkan dengan tetap menjaga kelestariannya.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah tradisional atau
rumah adat termasuk warisan budaya yang perlu dipertahankan. Walaupun sekarang
sangat banyak rumah mewah yang lebih modern, tetapi belum tentu yang modern itu
lebih baik dari suatu hal yang tradisional atau orang-orang sering menyebutnya
kuno. Rumah tradisional ternyata bisa dianggap sebagai hunian yang sangat
nyaman dan apabila dilestarikan atau dimanfaatkan dengan baik sungguh luar
biasa akan banyak sisi positif yang bisa kita ambil. Karena hunian tradisional
ini juga bisa membantu kita untuk melestarikan alam.
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin saya
sampaikan lewat karya tulis ini adalah :
1.
Saya harap masyarakat khususnya
di Kota Palembang bisa lebih memperhatikan dan melestarikan kebudayaan yang
dimiliki.
2.
Kepada masyarakat yang menghuni
rumah tradisional khususnya di daerah pinggiran sungai agar memperhatikan kondisi lingkungannya, demi
keindahan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan.
3.
Kita semua harus melestarikan
budaya dan tak lupa pula melestarikan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
- http://melayuonline.com/ind/culture/dig/1860
-
www.palembang.go.id
0 komentar:
Posting Komentar